Tutorial Terkini : Begini Cara Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong Belajar
Ada sekitar 165 ribu pekerja migran Indonesia (PMI) di Hong Kong. Di tengah hiruk pikuk mencari nafkah, PMI itu juga belajar keterampilan hidup, dari formal hingga nonformal.
Disampaikan Konjen RI Hong Kong, Yul Edison dalam acara Binus Media Partnership Program (BMPP) di Hotel Dorsett Tsuen Wan Hong Kong, Jumat (28/6/2024), dari 165 ribu PMI, 99 persen di antaranya perempuan. Terbanyak dari daerah Jawa Timur, kemudian Jawa Tengah disusul Jawa Barat.
Mayoritas para PMI itu menjaga orang tua majikan yang sudah lanjut usia atau anak majikan yang ditinggal bekerja.
“TKI di sini sangat cekatan. Juga sudah sangat melek medsos,” tutur Yul.
Peran para PMI di Hong Kong, sangat dihargai pemerintah Hong Kong. PMI itu, imbuh Yul, membantu perputaran ekonomi Hong Kong.
“Suami-istri bisa tenang bekerja karena orang tua dan anak mereka dijaga PMI itu. Terutama setelah pandemi. Mayoritas baik-baik majikannya,” tutur Yul.
Dibanding dengan PMI di Dubai, Arab Saudi atau Malaysia, PMI di Hong Kong paling terjamin hak-haknya. Hal ini karena penegakan hukum di Hong Kong yang jelas hingga organisasi advokasi pekerja migran yang kuat.
“PMI di sini harus dapat jatah libur seminggu sekali. Cuti sebulan dalam setahun untuk mudik balik dan tiket dibayari majikan. Kalau tidak dipakai, bisa dijadikan uang. Saya pernah ketemu PMI yang ditinggal sendirian di rumah mewah majikannya selama 3 bulan. Trus saya tanya, kamu terus ngapain? ‘Ya gak ngapa-ngapain Pak, enak aja tinggal di sini sendiri’,” cerita Yul sambil terkekeh.
Standar gaji PMI yang bekerja di sektor domestik ini mulai 5.000 Hong Kong Dollar (HKD) atau sekitar Rp 10 jutaan, plus uang makan sekitar 1.200 HKD. Kalau PMI itu sudah cukup senior dan berpengalaman, bisa memperoleh 7.000 HKD.
Di Hong Kong, penghasilan kurang dari 10 ribu HKD termasuk berpenghasilan rendah, 10 ribu-20 ribu HKD berpenghasilan menengah dan lebih dari 20.000 HKD kategori berpenghasilan tinggi. Namun demikian, PMI di sini bisa mengantongi bersih gajinya, lantaran aturan mewajibkan majikan menampung PMI di rumahnya.
Yul menambahkan para PMI biasanya mengambil jatah liburnya hari Minggu. Saat Minggu, PMI biasanya ‘menguasai’ Victoria Park Hong Kong sambil piknik hingga menggelar tenda.
“Mereka nggak hanya sekedar ketemuan dan rumpi-rumpi, tapi juga saling belajar meningkatkan skill. Ada yang belajar silat, belajar nari, kalau yang hobi masak biasanya membawa hasil masakannya dan minta teman-temannya mencicipi. Trus jadi buka usaha kecil-kecilan hasil dari mulut ke mulut ini,” cerita Yul.
Selain itu karena sudah melek medsos, banyak PMI di Hong Kong juga menjadi content creator. Yul mencontohkan mantan PMI di Hong Kong yang kini menjadi content creator bidang makanan, Farida Nurhan.
“Beberapa bakat juga saya pernah temukan. Seperti ada PMI dari NTT yang depresi benar-benar. Saat depresinya sembuh, dia belajar bikin kue nastar. Dan nastarnya saya cicipi, enak, kayak di Holland Bakery itu,” tutur Yul.
“Dan dia bikin bakery sendiri, di dapur temannya yang seorang Romo (pastur). Ngajarin via Zoom, pesertanya sampai PMI dari Malaysia, Singapura, Taiwan, Saudi. Yang datang luring cuma 15 orang karena tempatnya kecil. Kami fasilitasi di hall KJRI yang kapasitasnya 150 orang. Pesertanya dibatasi 120 orang, 2 minggu sebelumnya sudah sold out tuh. Minggu besok ini acaranya, bikin nastar dan kue kacang,” lanjutnya bercerita.
Selain itu, banyak juga PMI itu yang melanjutkan ke pendidikan tinggi di sela-sela waktu bekerjanya. Karena hanya punya waktu setelah seharian bekerja, banyak dari PMI itu mengambil kuliah di Universitas Terbuka (UT) yang bisa jarak jauh.
Vice President of Binus Higher Education, Prof Harjanto Prabowo, dalam forum yang sama, mengungkapkan bahwa Binus bisa berperan membantu para PMI itu melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi melalui BINUS MOOC (Massive Open Online Courses) alias kursus jarak jauh seperti halnya UT.
“Nah yang harus dicari tahu, tujuan dia kuliah ini apa? Kalau pulang ke Indonesia, punya kesempatan apa?” tutur Prof Har.
Untuk PMI yang mengikuti Binus MOOC bisa diakomodasi dengan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). Misal, bila PMI itu tidak lulus SMA tapi Kejar Paket C, riwayat belajarnya bisa diakui dan masuk SKS.
“Yang sudah dia kuasai kita akui,” imbuh mantan Rektor Binus ini.
Prof Har menambahkan, Binus juga masuk ke komunitas PMI di Hong Kong. Dan baru hitungan puluhan PMI di Hong Kong yang ikut Binus MOOC.
“Kurang dari 20 orang PMI di Hong Kong masuk Bonus MOOC. Dari data ambil Manajemen, Bisnis dan Sistem Informasi. Lagi pula biaya untuk kuliah online ini terbilang cukup murah,” tutur Prof Har.
Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!