Edukasi Terkini : Orang yang Percaya Khodam Tak Termasuk Gangguan Mental, Tapi…
Fenomena cek khodam tengah menjadi tren di media sosial. Orang-orang ramai mengklik pranala atau link website untuk mengetahui jenis khodam mereka.
Untuk diketahui, khodam merupakan entitas spiritual atau sosok makhluk gaib yang melayani individu dan diyakini dapat memberikan pengaruh positif seperti perlindungan. Khodam diambil istilah yang berasal dari Bahasa Arab yang berarti pelayan (Servant).
Maraknya fenomena cek khodam memunculkan banyak pertanyaan seperti apakah khodam betul ada atau apakah orang yang mengaku memiliki khodam dan merasakan manfaat darinya perlu dikaji kondisi kesehatan mentalnya. Meski kebanyakan hanya iseng, tak sedikit pula yang percaya akan khodam.
Dosen Keperawatan Jiwa Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Uswatun Hasanah menjelaskan khodam berkaitan erat dengan keyakinan, praktik spiritualitas, budaya ataupun tradisi yang ada di masyarakat.
Jika dikaitkan dengan kesehatan mental, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan pengaruh khodam terhadap kesehatan mental seseorang.
“Jika dalam lingkungan sekitar kita menjumpai seseorang percaya bahwa dirinya mampu berinteraksi dengan khodam, kondisi tersebut tidak dapat kita katakan sebagai bentuk gangguan mental, karena tidak dipungkiri bahwa keyakinan terkait khodam ini merupakan bagian dari keyakinan dalam agama maupun budaya tertentu, dan juga merupakan bagian dari pengalaman spiritual individu,”ujar Uswatun dalam laman UM Surabaya, dikutip Sabtu (29/6/2024).
Uswatun menjelaskan jika banyak faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan mental individu, seperti biologis (genetis dan riwayat penyakit), psikologis (pengalaman traumatis), dan juga lingkungan sosial.
Menurut Uswatun, selama petunjuk atau pesan yang diperoleh dari proses interaksi spiritual berdampak positif, maka bisa menjadi sumber dukungan secara emosional. Selain itu, individu akan merasa nyaman secara psikis dalam menghadapi masalah dalam hidup.
Namun sebaliknya, jika pengalaman spiritual tersebut berdampak negatif terhadap kehidupan seperti sulit membedakan antara pengalaman spiritual dan imajinasi, maka kondisi tersebut perlu didalami dan diidentifikasi sebagai kondisi yang abnormal secara mental.
Namun jika ada situasi khusus pada fenomena ini yang mengarah pada perubahan perilaku bahkan adiksi, maka dibutuhkan pendekatan secara holistic baik dari aspek biologis, psikologis, sosial dan budaya.
“Hal ini penting karena dalam proses pendalaman masalah tetap harus mengedepankan sikap peka budaya, toleransi dan empati terhadap keyakinan individu berkaitan dengan pengalaman spiritualnya,” pungkasnya.
Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!