Integritas akademik menurun karena fenomena joki tugas. Banyak pengguna maupun penjoki tugas yang semakin berkembang saat ini. Keduanya tak mendapatkan efek jera dari fenomena tersebut.

Adanya kebijakan kampus atau peraturan pemerintah tidak menggetarkan para pengguna joki untuk berhenti menggunakan jasa joki tugas.

Lantas, bagaimana cara mengatasi joki tugas di lembaga pendidikan?

Beberapa pengguna jasa joki sendiri memiliki rasa takut untuk menggunakan joki tugas karena mereka ingin memahami materi atau hasil dari mengerjakan tugasnya.

Sebab nantinya para pengguna jasa joki ini akan mempresentasikan atau menjelaskan kembali kepada dosen tentang hasil pengerjaan tugas tersebut. Tentunya para pengguna joki ingin mendapatkan nilai yang baik dan dinilai mampu menguasai materi tersebut.

Oleh karena itu, kesadaran menjadi salah satu yang membuat pelajar atau mahasiswa mengurungkan niatnya untuk menggunakan jasa joki.

Selain itu, karena mayoritas pengguna jasa joki memiliki manajemen waktu dan tugas yang buruk, mereka cukup menata kembali waktu dan prioritas tugasnya. Hal ini membuat mereka mau mengerjakan tugas sendiri tanpa bantuan penjoki tugas.

Dalam kesempatan wawancara dengan Mami (bukan nama sebenarnya), yang merupakan orang tua yang anaknya menggunakan jasa joki mengungkapkan adanya tindakan dari kampus untuk mengatasi joki tugas.

Mami berharap kampus atau sekolah menangani fenomena joki tugas dengan cara membuat anak melakukan presentasi dari hasil pengerjaan tugasnya.

Cara ini dapat meminimalisir adanya penggunaan joki yang sesuai dengan kekhawatiran para pengguna joki akan penguasaan materi.

Orang tua juga menginginkan adanya aturan tertulis maupun tak tertulis tentang fenomena joki tugas. Hal ini diungkapkan oleh orang tua karena kampus anaknya tidak memiliki peraturan tentang joki tugas atau yang relevan dengan hal tersebut.

Mami juga menyampaikan hal penting bagi orang tua lain, “Harus bisa memotivasi anaknya biar semangat, rajin belajar.”

Di institusi pendidikan, dosen maupun tenaga pengajar lainnya dapat menjadi pengajar yang terbuka akan pertanyaan-pertanyaan anak didiknya.

Seorang dosen perguruan tinggi di Purwokerto menyayangkan anak didiknya yang memiliki masalah ketidakpahaman lalu menggunakan jasa joki tugas.

“Kenapa disayangkan? Karena kalian kan punya waktu untuk diskusi sama dosen, punya waktu untuk sesama teman, punya waktu untuk diskusi sama kakak tingkat. Jadi alasannya apa sampai harus ke joki,” ungkap dosen tersebut.

“Jadi gunakan saluran komunikasi ke dosen, teman, atau lingkungan akademis, untuk menemukan solusi hal yang tidak diketahui sehingga tidak perlu untuk menggunakan jasa joki,” tambahnya.

Ada banyak cara yang membuat mahasiswa dapat menghindari penggunaan jasa joki tugas. Terlebih jika alasan mereka hanyalah tidak paham, maka dapat bertanya ke mana saja.

Hal serupa disampaikan oleh Prof Dr Sunny Ummul Firdaus SH, MH selaku dosen Fakultas Hukum di Universitas Sebelas Maret (UNS) sekaligus Ketua Majelis Kode Etik Mahasiswa terkait cara mengatasi mahasiswa yang mengalami kesulitan di bidang akademik.

“Sebenarnya ada banyak langkah dilakukan, yaitu mahasiswa itu apabila dia kesulitan sebaiknya segera mencari bantuan dari pembimbing akademiknya atau tutor resmi yang disediakan oleh institusi pendidikan, bukan mencari joki,” ungkap Prof Sunny.

Prof Sunny turut menyarankan para mahasiswa untuk mengikuti kelas tambahan, kelompok belajar, dan menggunakan waktu konsultasi dengan dosen atau tenaga pengajar lainnya.

Prof Sunny juga mengaku sering menerima konsultasi terkait tugas yang diberikan atau materi-materi yang sulit.

Dari berbagai sudut pandang, terdapat banyak cara menghindari penggunaan jasa joki tugas. Namun, para pengguna joki tugas juga memiliki banyak alasan untuk menggunakan jasa tersebut.

Meski demikian, pertimbangan matang-matang perlu dilakukan sebelum menjokikan tugasnya mengingat konsekuensi yang diterima di masa mendatang.

Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!