Tutorial Terkini : Kisah Jensen Huang, Dulu Pembersih Toilet Kini Bos Perusahaan Raksasa
CEO NVIDIA Jensen Huang ternyata punya kisah yang luar biasa. Sebelum dikenal sebagai bos perusahaan teknologi raksasa, ia pernah bekerja sebagai tukang cuci piring hingga bersih-bersih toilet.
Dilansir detikInet Kamis (27/6/2024), Huang menyebut tidak ada pekerjaan yang hina baginya mengingat masa lalunya dulu yang sangat keras. Dia bahkan menjabarkan tak terhitung berapa toilet yang sudah ia bersihkan sebelum menjadi salah satu pemimpin teknologi dunia.
“Bagi saya, tidak ada pekerjaan yang hina untuk saya. Ingat, saya dulunya adalah tukang cuci piring. Saya sungguh-sungguh. Saya dulu membersihkan toilet. Saya sudah membersihkan banyak toilet,” ujarnya, sebagaimana dimuat oleh saluran YouTube Standford Graduate School of Business.
Kepada hadirin, Huang menuturkan bisa jadi toilet yang ia bersihkan lebih banyak daripada yang pernah mereka tangani. Bahkan ia mendeskripsikan ada kondisi kloset yang menjijikkan.
“Dan beberapa dari mereka (toilet-toilet — red) ada yang tidak bisa saya unsee,” kata Huang yang kemudian disambut tawa hadirin.
Jensen Huang diketahui lahir di Taiwan. Ketika ia berusia 5 tahun, keluarganya pindah ke Thailand. Kemudian ia dikirim untuk tinggal bersama pamannya di Amerika Serikat (AS) saat ia berusia 9 tahun.
Selama belajar di Negara Uncle Sam, Huang mendapatkan gelar di bidang teknik elektro dan gelar MS dari Stanford. Pada usia 30 tahun, ia mendirikan perusahaan pengembang piranti lunak NVIDIA.
Per 1 Maret 2024, NVIDIA menjadi perusahaan paling bernilai di lantai bursa Wall Street. Perusahaan tersebut disebut meraup nilai pasar lebih dari USD 3 triliun (sekitar Rp 49.262 triliun).
Tengah berada di puncak kesuksesan, Huang berkata dia akan membantu karyawannya semampunya. Dia menegaskan takkan ragu menyampaikan apa isi pikirannya ketika diajak berdiskusi.
“Saya menunjukkan kepada orang-orang bagaimana memikirkan berbagai hal sepanjang waktu — menyusun strategi, bagaimana meramalkan sesuatu, bagaimana memecahkan suatu masalah. Anda memberdayakan orang di mana saja. Begitulah cara saya melihatnya — jika Anda mengirimi saya sesuatu dan Anda ingin bantuan saya untuk meninjaunya, saya akan melakukan yang terbaik, dan menunjukkan kepada Anda bagaimana saya melakukannya,” ujar Huang.
Dia mengaku tidak mudah untuk berinteraksi dengan semua karyawan selama ia menjadi CEO. Huang menjelaskan butuh banyak waktu baginya untuk bisa menyelami setiap jalan pikiran pegawainya.
“Hal ini membutuhkan energi emosional dan intelektual yang sangat besar. Jadi saya merasa lelah saat mengerjakan hal-hal seperti itu,” ucapnya seperti dikutip dari OfficeChai.
Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!