Jenjang SMA tidaklah wajib di Jepang. Meski begitu, jumlah ketidakhadiran siswa selama SMP wajib perlu dicantumkan dalam transkrip yang dikirimkan ke SMA tujuan saat mendaftar sebagai siswa baru.
Kementerian Pendidikan Jepang pun meminta sekolah-sekolah untuk mempertimbangkan ulang kebijakan ini. Pihak Kementerian tidak ingin siswanya kesulitan masuk SMA karena absen sekolah.
Data ini dianggap bermanfaat untuk dimasukkan sebagai indikator dedikasi siswa dalam belajar. Ketidakhadiran bisa menunjukkan siswa yang lebih bersungguh-sungguh dan bekerja lebih keras.
Namun kenyataannya tidak selalu begitu. SMA berlangsung selama tiga tahun, waktu yang cukup bagi anak-anak yang paling rajin belajar sekalipun untuk menghadapi situasi yang menghalangi mereka untuk bersekolah.
Mengingat skenario seperti ini, Kementerian Pendidikan Jepang telah meminta sekolah untuk mempertimbangkan kembali apakah jumlah ketidakhadiran benar-benar perlu dimasukkan dalam transkrip yang dikirim ke SMA sebagai berkas pendaftaran siswa.
Dewan Pendidikan Gifu telah memutuskan untuk menghapus informasi dari transkrip SMP yang dikirim ke SMA pada musim pendaftaran berikutnya, yaitu musim semi mendatang.
Format transkrip baru diharapkan akan mengurangi tekanan pada anak-anak untuk memaksakan diri melampaui apa yang dapat ditangani oleh pikiran atau tubuh mereka, dan menjadikan mereka serta lebih baik lagi.

“Kami memutuskan perubahan format ini sehingga pelamar individu tidak dirugikan berdasarkan jumlah ketidakhadiran mereka,” kata juru bicara Dewan Pendidikan Gifu dalam SoraNews, dikutip Rabu (26/6/2025).
Keputusan Gifu mengikuti revisi serupa yang dilakukan oleh Tokyo, Osaka, dan tiga prefektur lainnya yang mulai berlaku pada tahun ajaran 2023. Namun, prefektur ini menjadi prefektur pertama di wilayah Tokai yang menghapuskan pelaporan ketidakhadiran pada transkrip untuk pendaftaran sekolah menengah negeri.

Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!