Berita Terkini : Gelombang Panas di Yunani Renggut Lebih Banyak Nyawa Wisatawan
Pada hari Senin, jenazah seorang wisatawan Jerman ditemukan di pulau Kreta, Yunani. Jenazahnya berada di jurang, di kawasan yang sulit dijangkau dekat Pantai Sentoni.
Pria berusia 67 tahun itu sedang berlibur bersama istrinya di pulau di Mediterania ini, ketika memutuskan untuk melakukan tur berjalan kaki dari dataran tinggi Omalos ke desa nelayan Sougia di pantai selatan.
Jalur ini panjangnya sekitar 24,5 kilometer dan biasanya memakan waktu sekitar delapan jam untuk menyelesaikannya. Rutenya tidak terlalu sulit, asalkan persiapannya matang dan cuacanya bagus.
Diduga pendaki tersebut kehilangan arah karena cuaca panas dan salah belok di jalan menuju Ngarai Trypiti. Pendaki tersebut dilaporkan menelepon istrinya untuk mengatakan bahwa dia merasa tidak enak badan. Setelah tidak mendengar kabar lagi darinya pada hari Minggu (23/6/2024), istrinya melaporkan dia hilang, dan operasi pencarian dan penyelamatan segera diluncurkan.
Tim penyelamat dan petugas pemadam kebakaran mencari selama beberapa jam sebelum menemukan jenazah pria tersebut dengan bantuan sinyal ponselnya.
Turis asal Jerman ini merupakan penjelajah keenam yang ditemukan tewas di Yunani pada bulan ini saja. Setidaknya tiga turis lainnya, seorang pensiunan polisi AS, 59 tahun, di Pulau Amorgos, dan dua wanita Prancis, 64 dan 73 tahun, di Pulau Sikinos, masih dinyatakan hilang.
Biasanya bulan Juni adalah bulan musim panas paling sejuk di Yunani. Karena itu banyak wisatawan lanjut usia lebih memilih berwisata ke sana pada bulan Juni. Tapi tahun ini, panasnya ekstrem sehingga ditetapkan menjadi bulan Juni terpanas yang pernah tercatat di Yunani.
Di Samos, di mana seorang penjelajah meninggal, suhu naik hingga lebih 40 derajat Celsius. Distrik Chania, tempat jenazah wisatawan Jerman itu ditemukan, bahkan mencatat suhu 44,5 derajat Celsius.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Christos Giannaros, peneliti utama di sistem peringatan kesehatan terkait panas di Athena, Heat Alarm, mengatakan para korban kemungkinan besar menderita stres akibat panas karena suhu yang sangat tinggi dan aktivitas fisik saat mendaki.
Usia juga berperan dalam kerentanan terhadap panas ekstrem. “Orang lanjut usia lebih mudah menyimpan panas dalam tubuhnya dan lebih sulit menyalurkannya. Itu sebabnya mereka lebih rentan terhadap gejala serangan panas,” jelas Giannaros. Saat menderita sengatan panas, korban cenderung kehilangan kesadaran akan waktu dan arah, yang menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar.
Sebagian besar korban juga berasal dari negara-negara dengan iklim lebih sejuk dan bergegas ke iklim Mediterania tanpa memberikan waktu bagi tubuh mereka untuk menyesuaikan diri. Namun dokter mengatakan, bahkan penduduk setempat memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dengan suhu yang lebih tinggi.
Biasanya, tubuh manusia memiliki cukup waktu antara musim semi dan musim panas untuk secara bertahap terbiasa dengan siang dan malam yang lebih hangat. Namun ketika gelombang panas datang secara tiba-tiba dan sangat kuat, hal ini dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
Meskipun ada risiko ini, banyak wisatawan sering kali tidak berhati-hati, mengabaikan peringatan masyarakat dan pergi ke luar di tengah panas terik – sering kali tidak siap. Pihak berwenang di Athena baru-baru ini menutup Acropolis pada jam-jam terpanas untuk melindungi pengunjung, sebagai akibatnya justru banyak pelancong yang marah.
Banyak penjelajah yang juga tidak siap untuk perjalanan mereka. Media Yunani melaporkan bahwa beberapa orang bahkan tidak mengetahui berapa panjang, atau seberapa curam, jalur yang mereka pilih, sementara yang lain langsung memulai perjalanan setelah makan siang, dengan perut kenyang dan di bawah pengaruh alkohol, di bawah terik matahari tengah hari.
Kematian dokter Inggris dan presenter televisi populer BBC, Michael Mosley, pada 9 Juni lalu menyebabkan curahan simpati masyarakat secara besar-besaran. Saat berlibur di pulau Symi, Yunani, pria berusia 67 tahun itu berangkat sendirian untuk berjalan kaki dari Pantai Saint Nicholas ke desa terdekat Pedi.
Saat berangkat, dia hanya membawa sebotol kecil air, dan tanpa ponsel. Pihak berwenang kemudian menyimpulkan bahwa dia salah belok dan kemudian pingsan di area yang sulit dijangkau.
Polisi, pemadam kebakaran, perlindungan sipil, dan sukarelawan terlibat dalam pencarian ekstensif, menggunakan bantuan anjing pelacak, drone, dan bahkan helikopter. Pada akhirnya, dia ditemukan tewas di dekat pantai lokal yang populer, tersembunyi oleh tembok tinggi.
Dua pendaki Israel yang tersesat di pegunungan Mainalo di Peloponnese lebih beruntung. Setelah operasi pencarian dan penyelamatan, mereka ditemukan jauh dari tujuan yang direncanakan – tetapi dalam keadaan hidup dan sehat.
(hp/as)
Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!