Kesehatan Terkini : Geger Bakteri 'Pemakan Daging' di Jepang, Kasusnya Sudah Ada di RI?


Commuters wearing face masks walk in a passageway during a rush hour at Shinagawa Station Friday, Oct. 1, 2021, in Tokyo. Japan lifted its COVID-19 state of emergency in all of the regions on Oct.1. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Jepang belakangan dihebohkan oleh kasus bakteri pemakan daging. (Foto: AP Photo/Eugene Hoshiko)

Heboh wabah ‘bakteri pemakan daging’ atau istilah medisnya Streptococcal Toxic Shock Syndrome (STSS) di Jepang. Infeksi bakteri ini memicu puluhan orang meninggal dunia di negara tersebut. Lantas, bagaimana dengan RI?
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi memastikan kasus bakteri pemakan daging seperti yang tengah mewabah di Jepang belum ditemukan di Indonesia.
Menurut dr Nadia, kasus ini memang sudah ada di Jepang sejak 2019 dan meningkat pada tahun ini. Meski begitu, Jepang sampai saat ini tak menerapkan situasi darurat terkait penyakit tersebut.
“Sampai sekarang belum ada di Indonesia,” ucapnya kepada detikcom, Rabu (26/6/2024).
“Kasus yang dilaporkan umumnya kasus di rumah sakit dan ini adalah disebabkan bakteri streptokokus yang biasanya penyebab faringitis,” imbuhnya lagi.
Penyebarannya juga relatif lebih rendah apabila dibandingkan COVID-19. Meski kasusnya belum ada di Indonesia, dr Nadia menyebut pihaknya tetap memantau ketat melalui Surveilans Influenza Like Illness (ILI).
Ia juga menghimbau masyarakat agar tak khawatir menanggapi penyakit yang sedang mewabah di Jepang itu.
“Tidak ada pembatasan perjalanan dari maupun menuju Jepang. Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait iGAS (invasive group A streptococcal disease) termasuk STSS di Eropa pada Desember 2022, tidak ada rekomendasi untuk pembatasan perjalanan ke negara terdampak,” imbuhnya lagi.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Jepang melaporkan terjadi 977 kasus SSTS hingga 2 Juni 2024. Jumlah ini melampaui angka tahun sebelumnya sebanyak 941 kasus.
Selain itu juga dilaporkan 77 orang meninggal dunia di Jepang akibat penyakit ini. Jumlah tersebut terhitung selama periode Januari hingga Maret 2024.

Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!