Edukasi Terkini : Sejarah Kerajaan-kerajaan Thailand dan Rajanya, Lebih Tua Mana dengan Nusantara?
Thailand adalah salah satu negara yang memiliki kerajaan-kerajaan dan pernah menganut sistem monarki. Kerajaan Thailand pertama telah ada sejak 1238 Masehi. Lantas lebih tua mana dengan kerajaan Nusantara.
Jika ditinjau dari kerajaan pertama yang ada, maka kerajaan di Nusantara lebih tua dibandingkan yang ada di Thailand. Di Nusantara, kerajaan tertua yang ditemukan telah ada sejak 400 Masehi yakni Kerajaan Kutai Martapura.
Sementara di Thailand, baru ada pada 1238 dengan kemunculan Kerajaan Sukhotai. Lantas, ada kerajaan apa saja di Thailand?
Berikut ulasan tentang kerajaan Thailand dan masa pemerintahan raja-rajanya, dikutip dari situs resmi Kedutaan Besar Thailand, Thai Embassy.
Kerajaan pertama di Thailand adalah Kerajaan Sukhothai. Kerajaan ini didirikan pada tahun 1238 oleh dua gubernur Thailand, yaitu Khun Bang Klang Thao (Sri Inthrathit) dan Khun Pha Muang.
Dua gubernur itu memberontak melawan Khmer dan memberikan kemerdekaan pada wilayah Sukhothai. Kerajaan Sukhothai memperoleh kemerdekaan pada tahun 1238 lalu berkembang dengan pesat. Periode ini juga dianggap sebagai zaman keemasan kebudayaan Thailand.
Setelah kematian Khun Pha Muang pada tahun 1279, Raja Ramkhamhaeng, putra ketiga Si Intharathit, naik tahta. Sukhothai pun bersahabat kuat dengan negara tetangga Tiongkok.
Kemudian dari Ramkhamhaeng King, sistem penulisan tersusun menjadi dasar penulisan yang akhirnya berkembang menjadi alfabet Thailand modern.
Ibu kota Kerajaan Thailand, yaitu Ayutthaya, ditemukan oleh Raja U-Thong pada tahun 1350. Ayutthaya merupakan sebuah pulau yang terbentuk dari tiga sungai, yaitu Chao Phraya, Pasak, dan Loburi, lalu dikelilingi oleh sawah.
Raja Ayutthaya di Thailand berkuasa pada abad ke-14 dan 15 mengambil alih U-Thong, Lopburi, dan Ayutthaya. Setelah itu, Raya U-Thong memperluas wilayah Ayutthaya, terutama ke arah utara menuju Sukhothai dan ke timur menuju Angkor, ibu kota Khmer.
Lalu pada pertengahan abad ke-16, Ayutthaya dan kerajaan merdeka di Chiang Mai berada di bawah kendali Burma. Namun, warga Thailand bisa mendapatkan kembali kedua ibu kota tersebut pada akhir abad ini.
Ayutthaya kembali diinvasi oleh orang Burma pada 1765. Orang Burma menimbulkan banyak ketakutan di kalangan orang Thailand karena Burma menghancurkan segalanya, termasuk kuil, manuskrip, dan patung keagamaan.
Pasca kejatuhan Kerajaan Ayutthaya, seorang jenderal Ayothaya, Jenderal Taksin menyusun pasukan patriot untuk membalas dendam atas negaranya dan berhasil mengusir pasukan Burma.
Setelah orang Burma pergi, dia memutuskan untuk membangun ibu kota baru di sepanjang Sungai Chao Phraya dan memberinya nama ‘Thonburi’.
Raja Taksin mengabdikan hidupnya untuk melindungi negara tercintanya hingga mengekang negaranya yang damai selama lebih dari 15 tahun serta memperluas hubungan diplomatiknya.
Ia kemudian berakhir gila dan Kerajaan Thonburi pun mengalami keruntuhan karena kudeta pada tahun 1782 oleh Jenderal Chakri. Prestasi Raja Taksin yang memakmurkan rakyat akhirnya dijuluki sebagai ‘Agung’.
Setelah kematian Raja Taksin, Jenderal Chakri menjadi raja pertama dinasti Chakri, Rama I, yang memerintah sejak tahun 1782 hingga 1809.
Raja Nang Klao, Rama III (1824-1851) membuka kembali hubungan dengan negara-negara barat dan mengembangkan perdagangan dengan Tiongkok.
Kemudian Raja Mongkut, Rama IV (1851-1868) membuat perjanjian dengan negara-negara Eropa, lalu menghindari kolonialisasi dan mendirikan Thailand modern.
Setelah itu dilanjutkan oleh Rama V, Raja Chulalongkorn (1869-1910). Ia berhasil menghapus perbudakan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, serta mereformasi pendidikan.
Masa pemerintahan dilanjutkan oleh Rama VI, Raja Vajiravudh (1910-1925) yang mengubah Thailand dari monarki absolut menjadi konstitusional.
Rama VI pun turun tahta pada tahun 1933 dan digantikan oleh keponakannya, yaitu Raja Ananda Mahidol (1935-1946). Di tahun 1939, nama negara Siam diubah menjadi Thailand dan muncullah pemerintahan demokratis.
Kerajaan Thailand Modern dimulai pada tahun 1932 ketika sekelompok intelektual muda mengangkat konsep demokrasi Barat dan melakukan kudeta tak berdarah.
Raja Prajadhipok (Rama VII) pun menyetujui penghapusan monarki absolut dan beralih kekuasaan ke sistem pemerintahan. Monarki absolut Thailand diakhiri pada 10 Desember 1932 ketika Raja Prajadhipok menandatangani konstitusi pertama Thailand.
Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!