Edukasi Terkini : Gampang Percaya Sesuatu Ternyata Bisa Menurunkan Risiko Penyakit, Kok Bisa?


Ilustrasi menolong
Foto: iStock/Ilustrasi percaya kepada orang lain

Jika suatu hari ketika di jalan, ada yang meminjam ponsel kamu untuk menghubungi kerabatnya karena baterainya sedang habis, apakah kamu percaya atau waspada karena takut ponsel dicuri?
Jawabannya mungkin ada yang tetap percaya dan ada juga yang skeptis atau ragu-ragu meminjamkannya.
Bagi yang percaya, mungkin ini adalah sebuah kecenderungan bahwa orang tersebut mudah percaya akan sesuatu. Terkait hal ini, sebuah penelitian mengungkap fakta lainnya.
Studi menemukan bahwa rasa percaya yang dimiliki seseorang tidak hanya sebagai sikap sosial saja, tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan yang baik. Kecenderungan sifat mudah percaya ini, ternyata ada gen tertentu yang memengaruhinya.
Mengutip ZME Science, ada dua teori yang mengungkapkan tentang timbulnya mengapa seseorang mudah percaya. Teori pertama menjelaskan jika kepercayaan merupakan sifat stabil yang terbentuk dari pengalaman ketika kecil.
Sementara teori kedua menyatakan jika kepercayaan dipengaruhi oleh penilaian seseorang terhadap apa yang ada di lingkungan sosialnya.
Penelitian terbaru menjelaskan lebih lanjut mengenai rasa percaya dengan adanya pengaruh gen tertentu. Peneliti mula-mula mengumpulkan 33.882 pendonor darah Denmark yang kemudian diteliti bagaimana hubungan kepercayaan dengan kesehatan.
Berdasarkan data genetik dan informasi mengenai bagaimana rasa percaya partisipan terhadap orang asing, para peneliti menghubungan sifat-sifat dengan gen.
Para peneliti menemukan, bahwa gen PLPP 4 memiliki peran dalam menentukan seberapa besar seseorang mempercayai orang lain.
Dalam populasi penelitian, terdapat 6% variasi kepercayaan sosial yang berarti walaupun dua orang dihadapkan dengan pola asuh, pendidikan, dan pengalaman hidup yang sama, maka variasi 6% ini menjelaskan mengapa ada perbedaan tingkat percaya antara dua orang itu.
Gel PLPP 4 berperan dalam pembentukan sirkuit di otak yang berkaitan dengan mekanisme fight (melawan) or flight (menghindar). Peneliti menduga adanya gen ini dapat menurunkan mekanisme tersebut.

Fight or flight ini berperan dalam mengatur respons ketika stres dengan melalui hormon-hormon tertentu. Ketika dilunakkan, maka ada kecenderungan untuk mudah mempercayai orang lain, sehingga tingkat stres seseorang juga berkurang.
Sementara hormon stres seperti kortisol ketika dilepaskan, mekanisme fight or flight aktif dan berdampak negatif pada kesehatan.
Namun, intensitas kadar kortisol bisa menurun akibat fight or flight lunak, yang kemudian juga dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular atau gangguan pada jantung dan pembuluh darah.
Meski menghasilkan beberapa temuan, peneliti mengatakan studi ini harus dilakukan lebih lanjut untuk mengungkap bagaimana hubungan rumit antara genetik, kepercayaan, dan kesehatan.

Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!