Edukasi Terkini : Bagaimana Proses Terjadinya Hujan? Ini Jawaban Lengkapnya


Hujan buatan adalah salah satu upaya untuk mengatasi ancaman kekeringan. Proses ini termasuk Teknologi Modifikasi Cuaca untuk mempercepat terjadinya hujan.
Foto: Andhika Prasetia/detikcom/Ilustrasi hujan turun

Hujan adalah salah satu jenis presipitasi yang terbentuk dari uap air di awan yang berada di atmosfer. Hujan menjadi salah satu musim di Indonesia yang biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai bulan Maret.
Hujan ini berasal dari air yang ada di sungai, danau, laut, dan seluruh air di Bumi. Lantas, bagaimana air-air tersebut dapat berubah menjadi hujan?
Sebelum itu, kita dapat mempelajari sifat-sifat hujan. Kita mungkin mengenal hujan gerimis dan hujan lebat. Namun, ada yang lebih spesifik dibanding itu.
Dikutip dari situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sifat hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan dalam rentang waktu yang ditentukan (satu periode musim hujan atau musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normal rata-rata 30 tahun periode 1981-2010.
Sifat hujan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
– Di atas normal (AN), jika nilai curah hujan >115% dari rata-rata
– Normal (N), jika nilai curah hujan berkisar antara 85-115% dari rata-rata
– Di bawah normal (BN), jika nilai curah hujan <85% dari rata-rata
Hujan memiliki beberapa tipe. Berikut ini tipe-tipe berdasarkan proses pembentukannya.
1. Hujan orografis (hujan pegunungan), hujan yang terjadi di daerah lereng pegunungan.
2. Hujan frontal (front), massa udara dingin akan cenderung turun karena lebih berat molekulnya. Namun, ketika masa udara panas, maka akan naik mengikuti ketinggian tersebut.
3. Hujan zenithal (hujan konveksi), hujan yang disebabkan oleh naiknya udara yang mengandung uap air secara tegak, kemudian mengalami kondensasi karena pendinginan temperatur lalu turun menjadi hujan.
Dikutip dari jurnal penelitian "Analisis Terhadap Korelasi Antara Jumlah Curah Hujan dan Temperatur Udara" oleh Muhammad Irfan, dkk., yang dimuat dalam Jurnal Penelitian Sains Nomor 17, proses terjadinya hujan dapat dijelaskan melalui dua teori.
1. Teori pertama adalah teori kristal es, yaitu butiran air hujan yang berasal dari kristal es atau salju yang mencair. Kristal es terbentuk pada awan-awan tinggi seperti awan cirrus, akibat deposisi uap air pada inti kondensasi atau pengembunan.
Semakin banyak uap air yang terikat pada inti kondensasi ini, maka ukuran kristal menjadi besar dan terlalu berat untuk melayang. Kristal es ini kemudian jatuh karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi Bumi.
Kemudian, kristal es ini akan mencair menjadi butiran air hujan, karena melewati udara yang panas dalam perjalanan menuju permukaan Bumi.

2. Teori kedua adalah tumbukan adalah proses terjadinya hujan ketika butiran air berukuran tidak seragam sehingga kecepatan jatuhnya air pun berbeda.
Butiran air berukuran besar akan jatuh dengan kecepatan yang lebih tinggi dibanding butiran yang lebih kecil, sehingga butiran yang besar akan menabrak dan bergabung dengan butiran yang lebih kecil.
Semakin banyak butiran-butiran air halus yang ditabrak, maka ukuran butiran air hujan akan semakin besar. Presipitasi sebagian akan jatuh ke permukaan laut, sebagian lagi jatuh ke wilayah daratan.
Namun, proses terjadinya hujan ini harus memenuhi dua syarat sebagai berikut.
– Adanya udara lembab atau udara yang mengandung uap air dalam jumlah yang cukup.
– Adanya sarana sebagai keadaan yang dapat mengangkat udara lembab ke atas sehingga terjadi kondensasi
Dua syarat itu yang dapat mengangkat air-air di Bumi menuju atmosfer. Selain itu, panas Matahari juga berperan dalam proses penguapan air.
Lalu sebelum air hujan turun, akan terbentuk awan hitam atau mendung yang diakibatkan oleh suhu titik embun yang semakin tinggi. Terkadang mendung ini disertai petir dan suara gemuruh.

Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!