Edukasi Terkini : Tingkat Kesuburan Jakarta Terendah Se-Indonesia, Jumlah SD Ikut Turun
Di ulang tahunnya ke-497, Jakarta masih menjadi salah satu kota terpadat se-Indonesia. Di mana-mana kita bisa melihat kemacetan, KRL yang selalu penuh dan kota yang tidak pernah tidur.
Namun di balik semua itu, angka kelahiran bayi di kota ini terus mengalami penurunan dan tingkat kesuburannya pun terendah se-Indonesia. Data BPS dan Dukcapil (2010-2023) menunjukkan angka kelahiran di Jakarta pada tahun 2010 adalah 223.383 jiwa. Kemudian angka mengalami penurunan pada 2011 menjadi 162.688 jiwa. Tingkat kelahiran mencapai puncaknya pada 2014 yaitu mencapai 264.548 jiwa. Namun setelah itu angka kelahiran di Jakarta terus turun hingga pada 2023 jumlahnya hanya mencapai 123.561 jiwa. Berikut grafik dari angka kelahiran di Jakarta tersebut.
Menurunnya angka kelahiran bayi di Jakarta ini juga bisa dilihat dengan rendahnya angka kesuburan atau Total Fertility Rate (TFR) di kota ini. Total Fertility Rate adalah jumlah rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita saat masa reproduksinya. Biasanya masa subur ini berada pada kisaran 15 tahun hingga 49 tahun.
Idealnya angka TFR adalah 2,1 dengan demikian seorang wanita dalam usia suburnya melahirkan minimal dua orang anak untuk bisa menggantikan kedua orang tuanya yang akan wafat. Dengan angka ini maka jumlah populasi di suatu wilayah akan stabil. Bila angka ini berada di bawah 2,1 maka jumlah penduduk di daerah tersebut bisa mengalami penurunan. Menurut data sensus penduduk 2020, TFR di Jakarta adalah 1,75 berada di bawah angka TFR Indonesia yang berada pada angka 2,18. Angka TFR di Jakarta ini merupakan yang terendah se-Indonesia. Daerah kedua yang memiliki TFR terendah di Indonesia adalah Yogyakarta dengan nilai sebesar 1,89; kemudian diikuti oleh Jawa Timur dengan angka 1,98.
Bila data di atas digali lebih jauh dengan memperhatikan data per kabupaten/kota maka akan terlihat bila daerah yang memiliki angka TFR paling rendah se-Indonesia adalah Jakarta Pusat dengan angka 1,54; kemudian diikuti Jakarta Selatan dengan angka 1,65; dan Kota Yogyakarta dengan angka 1,67; Kota Surabaya 1,7 kemudian disusul Tangerang Selatan dengan angka 1,71. Berikut ini adalah 5 kabupaten/ kota dengan angka Total Fertility Rate terendah di Indonesia:
Kemungkinan lain turunnya angka kelahiran bayi di Jakarta disebabkan menurunnya jumlah pernikahan di kota ini. Menurut data BPS jumlah pernikahan di Jakarta pada 2010 mencapai angka 61.850 pernikahan. Namun angka ini turun menjadi 43.363 pernikahan pada 2023. Data penurunan pernikahan di Jakarta pada kurun waktu 2010-2023 bisa dilihat di grafik ini:
Salah satu dampak penurunan kelahiran ini bisa dilihat dari semakin sedikitnya jumlah siswa SD di kota ini. Jumlah siswa sekolah dasar ini cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi jumlah siswa SD di Jakarta pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 mencapai 806.381 siswa. Jumlah ini kemudian mengalami penurunan pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021.
Jumlah siswa pada semester ini adalah 795.969 siswa. Kemudian pada semester ganjil tahun berikutnya jumlah siswa SD ini menurun lagi ke angka 777.792. Jumlah siswa SD ini kemudian mengalami penurunan lagi pada semester ganjil tahun ajaran 2022/2023, jumlah siswa SD pada periode ini adalah 765.293. Lalu jumlah ini kembali mengalami penurunan di tahun berikutnya menjadi 756.206. Berikut adalah grafik penurunan siswa SD tersebut lima tahun terakhir:
Turunnya jumlah pernikahan dan rendahnya tingkat kesuburan (Total Fertility Rate) membuat jumlah kelahiran di Jakarta menurun. Makin tingginya tuntutan hidup di kota ini membuat banyak pasangan berpikir dua kali untuk cepat-cepat menikah. Tuntutan hidup yang tinggi ini juga membuat banyak suami-istri yang menunda memiliki momongan atau hanya memiliki satu orang anak. Lalu bagaimana kondisi populasi Indonesia secara umum di masa yang akan datang?
Laporan PBB ini juga menyatakan, meski peringkat Indonesia turun, namun jumlah penduduk Indonesia tetap bertambah. Pada 2050 diproyeksikan jumlah penduduk Indonesia mencapai 317 juta jiwa, naik 42 juta jiwa bila dibandingkan dengan angka penduduk Indonesia pada tahun 2022 yang jumlahnya mencapai 275 juta jiwa.
*)Nala Edwin Widjaja
Dosen LSPR Institute of Communication & Business
Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!