Edukasi Terkini : Studi Harvard Ungkap Cara agar Luka Lebih Cepat Sembuh Lewat Manipulasi Waktu
Banyak yang meyakini bahwa waktulah yang bisa menyembuhkan semua jenis luka. Ternyata hal tersebut sudah dibuktikan lewat studi yang dilakukan peneliti dari Universitas Harvard.
Dilansir dari laman Harvard Edu, peneliti dari kampus tersebut yakni Peter Aungle dan Ellen Langer melakukan sebuah penelitian untuk mengungkap persepsi pasien tentang seberapa lama mereka yakin akan sembuh.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Scientific Reports tersebut menjadi riset pertama yang mengungkap efek psikologis terhadap proses penyembuhan fisik.
Diketahui, peneliti sekaligus penasihat utama makalah ini yakni Langer merupakan profesor psikologi veteran dan pakar pikiran-tubuh. Ia adalah penulis terkenal lewat bukunya berjudul “Mindfulness” (1989).
Setelah Aungle berdiskusi dengan Langer, ia berhipotesis bahwa luka fisik akan sembuh lebih cepat jika waktu dimanipulasi agar terasa lebih lama. Menurutnya, mempercepat waktu akan menghasilkan lebih sedikit penyembuhan.
Untuk membuktikannya, Aungle mengajak para relawan melakukan terapi aliran darah yang membuat lengan bawah mereka mengalami memar ringan. Dalam menguji penyembuhan fisik, Aungle membuat pengaturan waktu.
Waktu yang dirasakan kemudian dimanipulasi dengan apa yang disebut Aungle sebagai “pengatur waktu yang sangat sederhana dengan dua digit kecil di layar browser”. Waktu berlalu sebenarnya adalah 28 menit.
Waktu yang dirasakan dikurangi setengahnya menjadi 14 menit dalam satu sesi dan digandakan menjadi 56 menit di sesi lainnya. Sesi kontrol menguji penyembuhan fisik dengan pengatur waktu yang disetel secara akurat.
Sebanyak 33 peserta penelitian berhasil menyelesaikan eksperimen dalam waktu dua minggu. Untuk menilai penyembuhan luka, peneliti merekrut 25 pengamat.
Tingkat kesembuhan yang lebih tinggi tercatat pada sesi-sesi di mana para relawan percaya bahwa lebih banyak waktu telah berlalu. Tingkat kesembuhan memiliki nilai rata-rata 7,5 untuk peserta yang mengira 56 menit dan rata-rata 6,17 pada kondisi 14 menit dan 6,43 pada kondisi kontrol.
“Lebih dari sepertiga peserta hampir sembuh total dalam kondisi 56 menit – lebih dari dua kali lipat persentase peserta yang hampir sembuh total dalam kondisi 14 menit,” kata Aungle.
“Keyakinan konseptual yang abstrak pun dapat membentuk cara kerja tubuh kita secara bermakna,” katanya.
Aungle juga menyusun penelitiannya berdasarkan serangkaian penelitian sebelumnya mengenai persepsi waktu yang berlalu. Pada 2020, ia pernah melakukan riset serupa dalam mengamati bagaimana kinerja tes kognitif dipengaruhi oleh seberapa lama waktu tidur yang diperkirakan para relawan pada malam sebelumnya
Ia menyimpulkan waktu reaksi terbukti tajam setelah hanya lima jam menutup mata ketika peserta penelitian percaya bahwa mereka mencatat waktu delapan jam penuh. Pada saat yang sama, reaksi yang lebih lambat terjadi pada mereka yang tidur delapan jam, padahal mengira jam tidurnya lima jam.
Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!