Edukasi Terkini : Skor SNBT Rata-rata Siswa Kurikulum Merdeka Lebih Tinggi dari Kurikulum Lain, Kenapa?
Rerata skor Ujian Tulis Berbasis Komputer- Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK SNBT) 2024 siswa Kurikulum Merdeka lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dengan kurikulum lain.
Ketua Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2024 Prof Ganefri merinci rerata skor UTBK 2024 siswa SMA Kurikulum Merdeka sebesar 557,33. Sedangkan skor UTBK siswa SMA Kurikulum 2013 sebesar 548,98.
Siswa SMK Kurikulum Merdeka juga mendapat rerata skor UTBK 2024 lebih tinggi dari rerata skor siswa SMK Kurikulum 2023, yaitu berturut-turut 522,21 dan 509,79.
Dilihat dari jumlah pendaftar, siswa SMK dan SMA Kurikulum Merdeka pendaftar UTBK SNBT 2024 lebih sedikit daripada siswa Kurikulum 2023. Berikut rinciannya:
Sementara itu, persentase penerimaan para siswa baik asal sekolah ber-Kurikulum Merdeka maupun Kurikulum 2013 di PTN tujuan dipengaruhi oleh tingkat keketatan prodi yang dipilih masing-masing siswa.
Data SNPMB menunjukkan 10,37 persen (11.104 orang) siswa SMA Kurikulum Merdeka diterima di prodi tujuan, sedangkan 10,65 persen (157.784 orang) siswa SMA Kurikulum 2013 diterima di prodi pilihannya.
Di jenjang SMK, 8,96 persen (9.473 orang) siswa Kurikulum Merdeka diterima di prodi tujuan, sedangkan 8,23 persen (22.453 orang) siswa Kurikulum 2013 diterima di prodi tujuan.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Anindito Aditomo menilai data hasil UTBK di atas menunjukkan sinkronisasi kebijakan kurikulum baru dengan seleksi masuk PTN secara nasional melalui SNBT.
“Ini indikasi bahwa kebijakan kita sudah mulai nyambung. Ketika seseorang dapat pembelajaran yang orientiasinya ke daya nalar, literasi dan numerasi lebih tinggi nilainya di UTBK ketika seleksi masuk PTN,” katanya pada konferensi pers pengumuman hasil SNBT 2024 di Gedung D Kemendikbudristek, Jakarta, Kamis (13/6/2024).
Nino, sapaan akrab Anindito, mengatakan, Kurikulum Merdeka menekankan siswa belajar dan guru mengajar dengan mementingkan daya nalar, kecakapan penting untuk belajar sepanjang hayat, literasi numerasi dan membaca, serta berlogika. Aspek-aspek tersebut kini yang diukur dalam seleksi nasional masuk PTN melalui SNBT.
“Kalau tesnya masih mengukur keluasan pengetahuan, banyaknya info yang bisa dihafalkan, maka respons pembelajaran tingkat SMA dan SMK akan berbeda, ini bukan hal yang kita inginkan,” ucapnya.
Upaya perubahan kurikulum menjadi Kurikulum Merdeka serta perubahan komponen seleksi masuk PTN melalui SNBT menurut Nino memungkinkan siswa tidak dilihat dari kualitas sekolah dan kemampuan membayar biaya bimbingan belajar (bimbel).
“Jadi ingin tesnya nggak tergantung pada di mana seseorang bersekolah, termasuk di sekolah yang mungkin di jalur sebelumnya akan lebih sulit diterima kalau nggak lewat tes,” ucapnya.
Adanya jalur tes nasional di seleksi masuk perguruan tinggi negeri, sementara jalur terbesar masuk sekolah negeri berdasarkan zonasi, Nino mengatakan kebijakan ini merujuk pada sifat pendidikan dasar dan menengah yang bersifat universal.
“Pendidikan dasar itu universal ya, jadi semua orang harus mendapat kesempatan, dan masuk juga ke pendidikan menengah, karena pendidikan dasar itu mau kita perluas. Konsep zonasi itu, dan afirmasi, memastikan tersedia kursi yang cukup bagi yang calon siswa yang tinggal di sekitar sekolah dan kurang mampu. Jadi masalah prioritisasi saja,” ucapnya.
Menengok keterbatasan kursi di PTN via jalur SNBT, Nino mengatakan jalur tes nasional masuk PTN ini memungkinkan siswa dengan potensi memanfaatkan kesempatan belajar terbaik untuk dapat bermanfaat secara individu maupun kolektif.
“Melihat aspek keadilan, kita ingin betul murid yang diterima PTN itu yang paling punya potensi memanfaatkan kesempatan belajar dengan baik. Jadi manfaatnya nggak hanya untuk diri sendiri, tapi juga masyarakat,” tuturnya.
Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!