Edukasi Terkini : Perkotaan Diterpa Suhu Panas, Peneliti Bikin Kain dengan Sistem Pendingin
Kota-kota di seluruh dunia, di Meksiko, Mesir, India dan Amerika Serikat telah mengalami suhu yang memecahkan rekor mendekati atau melebihi 50 derajat Celcius (122 derajat Fahrenheit) pada tahun ini saja. Panas perkotaan memperburuk masalah ini, karena daerah-daerah padat penduduk memerangkap dan memperbesar panas.
Situasinya pun sangat buruk karena populasi perkotaan terus bertambah dan kita tidak mengurangi emisi dengan cepat, sehingga membahayakan kesehatan dan keselamatan jutaan orang.
Ketika suhu global dan populasi perkotaan meningkat, perkotaan bisa menjadi sangat panas terik selama musim panas. Penggunaan bahan penyerap panas secara ekstensif seperti aspal dan beton, konsentrasi bangunan yang padat, dan terbatasnya vegetasi menyebabkan kota menyimpan dan melepaskan panas, sehingga meningkatkan suhu.
Hal ini bukan hanya masalah lingkungan hidup, masalah ini sudah menjadi masalah yang sangat mendesak sehingga di beberapa daerah, hal ini menimbulkan krisis kesehatan yang parah.
Maka, para peneliti dari Pritzker School of Molecular Engineering di University of Chicago mengembangkan suatu kain baru yang memantulkan cahaya tampak dan inframerah, meski tidak akan menghilangkan semuanya. Inovasi ini mungkin membuat panas sedikit lebih tertahankan.
Kain reflektif memantulkan sinar matahari dan panasnya, sehingga efektif mengurangi panas yang diserap tubuh. Namun di perkotaan, kendalanya bukan hanya panas matahari, tetapi juga panas yang berasal dari gedung dan trotoar, juga tidak semua jenis panasnya sama.
“Matahari itu cahaya tampak, radiasi termalnya inframerah, jadi panjang gelombangnya berbeda-beda. Artinya, Anda perlu memiliki material yang memiliki dua sifat optik sekaligus. Ini sangat menantang untuk dilakukan,” kata rekan penulis pertama Chenxi Sui.
“Anda perlu bermain-main dengan ilmu material untuk merekayasa dan menyempurnakan material agar memberi resonansi berbeda pada panjang gelombang berbeda,” jelasnya, dikutip dari ZME Science.
Kain pendingin yang ada biasanya memantulkan sinar matahari dalam pola yang tersebar, jika tidak, maka bisa menyilaukan orang di sekitar. Namun, cara ini hanya berfungsi untuk sinar matahari dan tidak banyak membantu melawan panas perkotaan.
Selain itu, sebagian besar tubuh kita tidak terkena sinar matahari secara langsung. Hanya topi, penutup bahu, dan beberapa bagian atasan kita yang banyak terkena sinar matahari langsung, yakni kurang dari 10% dari keseluruhan pakaian kita.
“Orang-orang biasanya fokus pada performa atau desain material tekstil pendingin,” kata rekan penulis pertama Ronghui Wu.
“Untuk membuat tekstil yang berpotensi diterapkan dalam kehidupan nyata, Anda harus mempertimbangkan lingkungan,” jelasnya.
Pakaian kita yang lain dipanaskan oleh radiasi termal yang datang dari samping dan bawah, yang tidak dipantulkan oleh kain saat ini.
Kain tersebut juga bisa 8,9 derajat Celsius (16 derajat Fahrenheit) lebih dingin dibandingkan sutra komersial yang biasa digunakan untuk pakaian musim panas.
Tekstil ini dapat membantu menyediakan sistem pendingin pasif yang dapat bermanfaat bagi masyarakat di wilayah perkotaan panas, terutama ketika suhu terus meningkat. Namun, penerapannya lebih dari sekadar pakaian.
Kain ini diklaim dapat digunakan di sisi gedung atau mobil untuk memantulkan panas, yang tidak hanya membuatnya lebih sejuk, tetapi juga mengurangi biaya (dan emisi) yang terkait dengan AC. Bahan tersebut juga dapat digunakan dalam transportasi untuk membantu menjaga barang seperti susu atau telur tetap dingin.
Studi bertajuk “Spectrally engineered textile for radiative cooling against urban heat islands” ini diterbitkan dalam jurnal Science (2024).
Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!