Edukasi Terkini : Bukan Hanya Jenis Hewan, Kepribadian Satwa Ternyata Juga Pengaruhi Ekosistem


Ilustrasi hutan
Hutan. Foto: detikcom/Ari Saputra

Ekosistem yang sehat membutuhkan keanekaragaman biodiversitas. Studi di hutan Maine, Amerika Serikat mengungkap ada aspek yang diabaikan oleh para ahli ekologi, yaitu hewan-hewan dengan kepribadian penyerbuk dan penyebar benih.
Jika penelitian ini terbukti dapat diterapkan pada lingkungan lain, hal ini menunjukkan kekayaan dan keberlanjutan planet Bumi bergantung pada keberadaan beberapa hewan yang berani dan ramah serta beberapa hewan lainnya yang lebih berhati-hati.
Terkadang, pasokan dua jenis hewan ini dapat diperoleh dari spesies yang berbeda, tetapi bisa juga dilakukan berbagai pendekatan pada hewan yang sama.
Ada pepatah lama mengatakan, “Dibutuhkan segala bentuk untuk menciptakan dunia.”
Ilmuwan membuktikan pepatah tersebut melalui hutan eksperimen Penobscot Experimental Forest (PEF). Hasil atas riset tersebut dipublikasikan melalui jurnal Animal Ecology.
Peneliti menyembunyikan benih pinus di sana agar hewan-hewan kecil dapat ditemukan. Mahasiswa pascasarjana Brigit Humphreys dari University of Maine telah menyembunyikan benih pinus putih timur untuk memberikan peluang bagi makhluk-makhluk kecil.
“Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengetahui bagaimana kepribadian mamalia kecil dan kepribadian hewan secara umum dapat memengaruhi proses ekologi yang berbeda,” kata Humphreys dalam sebuah pernyataan.
“Kami fokus pada mamalia kecil karena sistem penelitian yang bagus. Jumlahnya melimpah, kami mendapatkan ukuran sampel yang bagus dan kami bisa melakukan eksperimen terhadap mamalia tersebut di hutan,” terangnya.
Dalam jangka pendek, hewan bergantung pada pohon dan jamur untuk mendapatkan makanannya. Namun, dalam jangka panjang hubungan tersebut bersifat simbiosis.
Tanpa hewan yang menyebarkan benih atau spora, sebagian besar organisme yang tidak bergerak tidak dapat menjajah wilayah baru, termasuk merebut kembali wilayah yang rusak akibat badai, kebakaran, atau aktivitas manusia.
Ada alasan mengapa banyak buah-buahan, kacang-kacangan, dan jamur terasa sangat enak bahkan sebelum manusia mulai membiakkannya secara selektif.
Ahli sudah memahami pentingnya penyebaran benih untuk kesehatan hutan. Humphreys mencatat penelitian yang dilakukan masih terkonsentrasi pada spesies, bukan individu.
Untuk mengubah hal ini, para peneliti menjebak 3.311 tupai, tikus, dan spesies mencit di enam petak PEF dan memberi mereka uji kepribadian, seperti kecenderungan untuk menjelajahi wilayah baru.
Mereka kemudian mengganti jebakan di suatu area dengan kamera dan peralatan untuk mengenali tanda yang mereka tempelkan pada tawanan sementara.

Kamera menunjukkan tikus rusa merupakan tokoh utama perampokan benih pinus. Namun, dalam riset ini juga penting adanya variasi kepribadian dalam beberapa spesies.
Setiap hewan harus mengorbankan peluangnya untuk mendapatkan makanan dengan bahaya dimakan oleh predator dan tidak semua hewan memiliki keseimbangan yang sama. Mereka yang berkepribadian lebih eksploratif lebih mungkin menemukan tempat persembunyian benih pinus, begitu pula mereka yang kurus karena kekurangan makanan.
Meskipun para pencuri memakan sebagian benih di tempat, mereka memindahkan dan mengubur kembali benih lainnya, biasanya membawanya jauh dari pohon induknya dan berperan penting dalam meningkatkan penyebaran benih.
Hewan-hewan yang kekurangan gizi mungkin kurang bermanfaat bagi ekosistem, karena mereka cenderung langsung memakan apa yang ditemukan, dibandingkan menyembunyikannya kembali.
Terkadang benih yang sama disimpan kembali beberapa kali oleh makhluk yang berbeda, sehingga mencapai penyebaran dalam rentang yang jauh lebih luas dibandingkan jika setiap hewan terus mencari benihnya sendiri. Pencurian sangat umum terjadi sehingga hewan akan mencari tempat yang jarang dijamah untuk menyimpan benihnya di tempat yang tidak dapat ditemukan oleh orang lain.
“Pesan yang dapat diambil dari semua penelitian yang kami lakukan adalah bahwa individu itu penting,” kata Humphreys.
“Ada dorongan besar dalam komunitas sains untuk melestarikan keanekaragaman hayati, tetapi di luar keanekaragaman hayati, kita harus melestarikan keanekaragaman perilaku dalam suatu spesies jika kita benar-benar ingin memiliki ekosistem yang berfungsi penuh,” imbuhnya.

Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!