Edukasi Terkini : 39 Ribu Siswa SMA di Gaza Gagal Ikut Ujian Akhir Gegara Perang Israel


A Palestinian child looks out from a UNRWA school, after the air strike on a neighbouring house to the school in Khan Younis, in the southern Gaza Strip, June 21, 2024. REUTERS/Mohammed Salem
Sebanyak 39 ribu siswa SMA di Gaza gagal ikut ujian akhir dan harus kubur mimpi untuk kuliah. Foto: REUTERS/Mohammed Salem

Tidak hanya di Indonesia, seleksi masuk perguruan tinggi juga berlangsung di universitas seluruh dunia. Mirisnya, para pelajar di Jalur Gaza tidak bisa ikut serta dalam proses ini.
Mereka seharusnya mengikuti ujian akhir sekolah menengah Tawjihi yang dijadwalkan pada bulan Agustus dan dimulai hari Sabtu ini. Bila di Indonesia, ujian ini sama dengan Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) langkah terakhir sebelum masuk universitas.
Namun, impian ini harus dikubur imbas dari serangan Israel di wilayah Palestina. Kementerian Pendidikan Palestina baru-baru ini mengumumkan bila serangan militer di Israel telah menghancurkan mimpi 39 ribu siswa di jalur Gaza untuk melanjutkan pendidikan ke universitas karena gagal mengikuti ujian akhir.
Hal tersebut juga disampaikan Direktur Perencanaan United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) Sam Rose. Ia menjelaskan 39 ribu siswa sekolah terkepung di jalur Gaza sehingga sulit untuk mengikuti ujian.
Rose juga mengecam hilangnya hak pendidikan bagi anak Palestina ini sebagai hal yang mengerikan dan menyedihkan.
“Ini adalah satu lagi lapisan kesedihan yang dialami masyarakat,” katanya dikutip dari WAFA Palestine News and Info Agency, Senin (24/6/2024).
Juru bicara Kementerian Pendidikan Palestina, Sadiq Al-Khudour mengungkapkan 450 siswa sekolah menengah telah terbunuh akibat agresi Israel. Termasuk 430 siswa berada di jalur Gaza dan 20 lainnya di Tepi barat.
Walaupun penuh tantangan, pemerintah terus mengupayakan agar pelajar Palestina dari Gaza tetap melalui Tawjihi. Terutama mereka yang sudah berada di luar negeri.
“Sebanyak 1.320 pelajar Palestina asal Gaza akan mengikuti ujian Tawjihi di 29 negara Arab, di antaranya 1.090 pelajar berada di Mesir,” ujar Al-Khudour.
Hingga saat ini beberapa negara yang telah membatu menjalankan proses ujian Tawjihi adalah Mesir, Rusia, Turki, dan Qatar. Selain itu, ujian juga diadakan di kedutaan negara Palestina di berbagai negara.
Dikutip dari Anadalu Agency, Turki Kantor Media Gaza menyebutkan setidaknya 800 ribu siswa telah kehilangan hak pendidikan karena serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 lalu. Banyaknya siswa sekolah menengah atas yang tidak bisa ikut ujian akhir Tawjihi disebut menjadi pelanggaran yang belum pernah terjadi.
Hal ini tentu mengancam masa depan mereka. Pelajar juga memiliki sedikit peluang untuk mendaftar di universitas dan perguruan tinggi lokal atau internasional.
Sedangkan Arab News membeberkan sebuah laporan yang menyakitkan hati. Di mana sekitar 87,87 persen fasilitas sekolah di Gaza telah rusak atau hancur.

Sebanyak 212 gedung sekolah telah terkena dampak langsung. Sementara 282 gedung lainnya mengalami kerusakan dengan berbagai tingkat kerusakan.
Menurut Hukum Humaniter Internasional, sekolah adalah bangunan yang tidak boleh dijadikan sasaran dan serangan. Pihak yang menyerang telah melakukan pelanggaran berat terhadap anak-anak.
Lembaga Save the Children menjelaskan ketidakhadiran sekolah tidak hanya menyebabkan terhentinya proses belajar. Tetapi kemunduran dalam proses pembelajaran.
Semakin lama anak-anak Gaza tidak bersekolah, semakin kecil kemungkinan mereka untuk kembali mengenyam pendidikan. Hal ini membahayakan masa depan, prospek kesejahteraan ekonomi, dan kesehatan mental-fisik mereka.
“Anak-anak tidak dapat melarikan diri dari kenyataan perang. Tidak ada rutinitas yang stabil, kesempatan untuk belajar atau bermain, hingga mirisnya tidak memiliki keluarga. Untuk itu diperlukan langkah perlindungan untuk memitigasi risiko kerusakan mental jangka panjang,” kata Save the Children.
Walaupun ada anggapan tidak ingin kembali ke sekolah usai berhenti dalam waktu lama, anak-anak di gaza secara konsisten tetap ingin kembali bersekolah. Mereka juga menyatakan sekolah adalah prioritas utama mereka untuk memulihkan kehidupan.

Untuk lebih lengkapnya Klik Disini!!